Leaders Role in Empowerment

Pemimpin yang berhasil mampu memotivasi, memberi semangat, dan memberdayakan orang lain. Ketika orang merasa bersemangat dan berdaya, maka inisiatif kerja dan ketekunan mereka juga akan terpengaruh. Dengan demikian orang yang diberdayakan akan lebih melibatkan diri, lebih berani menghadapi situasi yang sulit, dan lebih percaya diri. Orang yang merasa berdaya menghabiskan waktu lebih besar pada tugas tertentu dan lebih ulet dalam bekerja.

Ungkapan klise “ Pemberdayaan di Tempat Kerja” sering dipersepsikan sebagai keinginan perusahaan untuk mengubah sikap pekerja hanya agar mereka bekerja lebih giat bukannya memberikan kekuasaan lebih besar, hal ini dikatakan oleh Wilkinson (1998) sebagai upaya ”pembentukan sikap.” Namun demikian, penelitian yang ada sekarang menunjukkan bahwa kesempatan untuk menerapkan kewenangan\ pilihan pribadi (dan menangani pekerjaan yang berarti) adalah elemen penting yang berkontribusi pada kesejahteraan dan kedekatan dengan karyawan. Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Inisiatif dan motivasi karyawan akan meningkat ketika mereka merasa lebih terlibat dalam pekerjaan. Dan hal ini akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pekerjaan dan mengembangkan diri mereka di dalam perusahaan.

APA YANG DISEBUT DENGAN PEMBERDAYAAN?

Pemberdayaan adalah proses meningkatkan kapasitas individu atau kelompok dalam membuat keputusan dan mengubah pilihan – pilihan tersebut menjadi tindakan dan hasil yang diharapkan. Inti dari proses ini adalah tindakan yang membangun asset individu dan kelompok, dan yang memperbaiki efisiensi dan keadilan yang dilakukan suatu organisasi dalam mengelola asset-aset ini.

Orang yang diberdayakan memiliki kebebasan memilih dan bertindak. Hal inilah yang kemudian membuat mereka lebih baik dalam memberikan pengaruh atas kehidupan dan keputusan yang berkaitan dengan diri mereka.

Namun demikian, persepsi akan pemberdayaan bisa jadi berbeda-beda menurut waktu, budaya, maupun bidang kerja yang dilakukan seseorang. Misalnya, seorang dari kasta rendah di India akan merasa diberdayakan ketika suaranya didengar dalam rapat publik yang dihadiri orang-orang dari kasta yang lebih tinggi. Seorang anak mungkin merasa diberdayakan ketika diberikan peluang untuk memutuskan besarnya uang saku yang ia dapatkan. Dan karyawan juga merasa diberdayakan ketika ia memiliki wewenang untuk memutuskan pengembangan karirnya di perusahaan.

Pada intinya, pemberdayaan berbicara tentang perubahan yang ditentukan secara mandiri.

PEMBERDAYAAN DALAM PENGEMBANGAN DIRI

Dalam hal pengembangan diri, kata pemberdayaan merupakan upaya memberikan kekuasaan kepada diri seseorang dengan batasan yang efektif bila diterapkan pada diri orang itu sendiri. Keberhasilan Pemberdayaan ditentukan oleh keyakinan individu atas kemampuannya dalam mempengaruhi suatu kejadian.

Pemberdayaan dapat dicapai melalui satu atau dua hal. Sebuah factor yang penting dalam penemuan dan penerapan “Pemberdayaan diri” berada dalam perangkat yang digunakan.

Pemimpin dan Pemberdayaan

Salah satu panggilan utama seorang pemimpin adalah untuk memberdayakan orang yang dipimpinnya. Para pemimpin terbesar yang ada di dunia memiliki kemampuan untuk menemukan potensi tersembunyi dalam diri orang lain dan memberdayakan mereka untuk melakukan hal-hal besar. Bila anda ingin sukses sebagai pemimpin maka anda harus segera mengadopsi prinsip-prinsip pemberdayaan dalam kehidupan anda.

Jadi, kalau anda tidak memberdayakan orang lain, anda tidak mengembangkan kemandirian. Jika anda berpikir bahwa dengan mengembangkan kemandirian anda menciptakan orang-orang yang akan menantang kepemimpinan anda, maka sebenarnya yang sering terjadi adalah sebaliknya. Jika anda memperlakukan orang dengan rasa hormat dan memberdayakan mereka untuk melakukan hal-hal hebat mereka akan menghargai anda dan menghormati anda lebih dari sebelumnya.

Orang tidak ingin terus menerus dihambat. Mereka ingin dibebaskan untuk melakukan hal-hal yang berarti yang mereka anggap penting dalam hidup mereka. Bila anda menekan orang untuk menahan potensi yang mereka miliki mereka akan membenci anda baik sebagai pemimpin maupun sebagai pribadi. Orang lain juga ingin maju seperti halnya anda.

Pemberdayaan yang berhasil akan menghasilkan tim yang akan mampu mengatasi segala hal yang dihadapi tim. Pada dasarnya jika anda tidak memberdayakan orang lain dan membantu tim anda mencapai potensi mereka secara maksimal, sebenarnya anda masih gagal sebagai pemimpin. Bila anda memberdayakan orang lain, anda juga memberdayakan diri anda.

MELAKUKAN PEMBERDAYAAN

Yang kemudian menjadi pertanyaan penting adalah bagaimana seorang pemimpin melakukan pemberdayaan, memotivasi, dan mengaktifkan orang lain? berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memberdayakan orang lain, berdasarkan karya Bandura (1974) tentang keyakinan akan kemampuan diri dan dampaknya pada rasa percaya diri:

· Kita menyadari bahwa orang memperoleh rasa percaya diri ketika mereka melakukan tugas baru yang lebih menantang, mendapatkan pelatihan yang diperlukan, dan menyelesaikan tugas dengan baik. Dengan demikian salah satu alat yang bisa digunakan untuk memberdayakan karyawan adalah dengan coaching dan counseling dalam memberikan arahan, informasi, dan dukungan yang diperlukan untuk menguasai tugas.

· Kita juga menyadari bahwa ketika orang merasa mampu, mereka telah diberdayakan secara intelektual. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa apa yang kita yakin mampu lakukan dibentuk oleh apa yang orang lain persepsikan tentang kemampuan kita. Jika kita percaya seseorang akan berhasil, mereka akan lebih mungkin berhasil. Dengan demikian satu perangkat pemberdayaan lainnya yang harus dimiliki pemimpin adalah kemampuan meyakinkan dan memotivasi.

· Proses ketiga dalam mengaktifkan orang lain adalah dengan menyediakan panutan yang bisa diamati dan dipelajari oleh orang-orang yang kita pimpin. Cara modeling atau dampak peneladanan ini mungkin tidak sekuat pengalaman langsung melakukan pekerjaan tetapi memang ada dampak positifnya (Bandura, 1986). Dengan demikian perangkan pemimpin dalam memberdayakan yang berikutnya adalah bertindak sebagai panutan kepemimpinan yang positif.

Memilih antara Coaching dan Counselling

Ketika masalah kinerja atau sikap terdeteksi, penting bagi bagi pemimpin untuk menentukan penyebab utama masalah tersebut. Jika penyebab utamanya adalah masalah pribadi maka counseling perlu dilakukan untuk mengatasi persoalan yang disebabkan oleh perasaan dan emosi ini. Misalnya, jika kita menghadapi karyawan yang merasa stress dan kurang puas karena tidak mendapat promosi, mengalami reorganisasi, kecewa dengan rekan kerja atau atasan yang mempengaruhi kinerjanya. Sedangkan jika persoalannya lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau keterampilan maka peran coaching menjadi lebih diperlukan. Misalnya kinerja menurun atau keluhan pelanggan yang meningkat akibat kesalahan prosedur yang dilakukan karyawan yang berulang-ulang.

Terkadang penyebab utama masalah kinerja karyawan bisa saling bersinggungan antara yang membutuhkan coaching dan membutuhkan counseling. Untuk itulah diperlukan kecakapan seorang pemimpin dalam mengamati perilaku bawahan dan berkomunikasi dengan anggota tim untuk bisa menentukan dukungan apa yang diperlukan karyawan bermasalah tersebut.

Kemampuan Meyakinkan dan Memotivasi

Persuasi verbal mungkin adalah perilaku pemimpin yang paling mudah terlihat. Para pemimpin diharapkan untuk memberikan pidato yang menginspirasi. Kata kata pemberi semangat, umpan balik positif, dan bentuk persuasi social lainnya dapat digunakan untuk memberdayakan bawahan. Bila seseorang merasa yakin memiliki kemampuan untuk menguasai suatu tugas, mereka akan bekerja lebih keras daripada ketika mereka memiliki keraguan dan mampu berkonsentrasi lebih kuat ketika ada masalah yang muncul. Tampak jelas bahwa dampak komunikasi yang persuasif dan komunikatif cukup berarti walaupun belum sekuat pencapaian prestasi itu sendiri.

Persuasi oral tidak harus selalu dalam bentuk bicara. Dalam membujuk seseorang, kita juga bisa menjadi seorang pendengar yang baik.

Menjadi Panutan yang Baik

Salah satu cara yang paling halus namun efektif dalam memimpin dan memberdayakan orang lain adalah dengan menunjukkan perilaku yang berhasil yang bisa diikuti bawahan kita. Orang akan merasa diberdayakan ketika melihat perilaku tersebut dan kemudian meniru perilaku orang lain yang berhasil melakukan pekerjaan tersebut. Dengan demikian keterampilan pemimpin dalam memberdayakan adalah dengan bertindak sebagai tokoh panutan positif bagi orang-orang di sekitar kita. Seringkali bawahan mencari keatas untuk mendapatkan norma-norma yang diharapkan dan diterima dalam suatu organisasi.

Hal ini secara sederhana dilakukan dengan contoh. Bila anda ingin bawahan anda untuk lebih tegas, lebih menikmati pekerjaan mereka, bekerja keras, dan melakukan apapun yang menurut anda perlu dilakukan maka anda harus terlebih dahulu melakukannya. Ini adalah salah satu perbedaan dari pemimpin dan manajer.


Tabel berikut ini menggambarkan bagaimana kita bisa membuat orang lain merasa berdaya atau justru tidak berdaya.

Membuat Orang Merasa Berdaya

 

  • Bersikap positif
  • Memberi imbalan
  • Bersikap tanggap
  • Memberikan alasan
  • Memberikan imbalan secara terencana
  • Memberikan imbalan yang berharga 
  • Mendorong inovasi
  • Memberikan informasi maksimal
  • Mengembangkan dan melatih
  • Memberikan dukungan teknis
  • Menetapkan sasaran yang realistis dan disepakati bersama.
  • Memberikan wewenang yang layak
  • Memastikan tugas yang beragam dan menyeluruh 
  • Memberikan ruang untuk kreatifitas
  • Hubungan yang kuat dengan semua level

Membuat Orang Merasa Berdaya   •	Bersikap positif •	Memberi imbalan •	Bersikap tanggap •	Memberikan alasan •	Memberikan imbalan secara terencana •	Memberikan imbalan yang berharga   •	Mendorong inovasi •	Memberikan informasi maksimal •	Mengembangkan dan melatih •	Memberikan dukungan teknis  •	Menetapkan sasaran yang realistis dan disepakati bersama. •	Memberikan wewenang yang layak  •	Memastikan tugas yang beragam dan menyeluruh   •	Memberikan ruang untuk kreatifitas •	Hubungan yang kuat dengan semua level

Membuat Orang Merasa Tidak Berdaya

  • Bersikap negatif
  • Mengendalikan
  • Bersikap otoriter
  • Tidak menjelaskan
  • Memberikan imbalan lewat kompromi
  • Memberi imbalan tidak berarti
  • Mengabaikan inovasi
  • Memberi sedikit informasi
  • Berasumsi bahwa bawahan telah terampil atau harus belajar sendiri
  • Tidak memberikan dukungan teknis
  • Menetapkan sasaran yang tidak realistis
  • Mengarahkan kekuasaan dan wewenang
  • Memastikan tugas yang berulang-ulang dan menjemukan 
  • Memberikan dominasi pada aturan dan prosedur
  • Hubungan dengan manajemen senior yang kurang

Membuat Orang Merasa Tidak Berdaya •	Bersikap negatif •	Mengendalikan  •	Bersikap otoriter •	Tidak menjelaskan •	Memberikan imbalan lewat kompromi •	Memberi imbalan tidak berarti •	Mengabaikan inovasi •	Memberi sedikit informasi •	Berasumsi bahwa bawahan telah terampil atau harus belajar sendiri •	Tidak memberikan dukungan teknis •	Menetapkan sasaran yang tidak realistis •	Mengarahkan kekuasaan dan wewenang •	Memastikan tugas yang berulang-ulang dan menjemukan   •	Memberikan dominasi pada aturan dan prosedur •	Hubungan dengan manajemen senior yang kurang

Tinggalkan komentar